Arsitektur Biologis berasal dari hubungan
kata arsitektur yang berarti “pembangunan”, bios yang berarti “kehidupan”, dan
logos yang berarti “dunia teratur” secara interdisipliner.
Arsitektur sendiri merupakan seni dalam imajinasi
dan ilmu dalam merancang bangunan, maksudnya adalah arsitektur yang merancang
serta membangun keseluruhan lingkungan binaan dan menuju pada hasil proses
perancangan.
Sedangkan Biologis adalah ilmu alam yang mempelajari
kehidupan serta organisme hidup termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan,
evolusi, persebaran dan taksonominya. Jadi Arsitektur Biologis adalah illmu
penghubung yang mempelajari antara manusia dan lingkungan secara keseluruhan.
Arsitektur ini merupakan arsitektur kemanusiaan yang memeperhatikan kesehatan.
Pengaplikasian Arsitektur Biologis lebih
memanfaatkan potensi alam berdasarkan pembangunan berwawasan lingkungan.
Kualitas dari arsitektur sulit diukur batasan antara arsitektur yang bermutu
dan yang tidak bermutu. Kualitas bisa dinilai dari bentuk bangunan serta
konstruksi namun kurang mementingkan kualitas penghuni yang dirasakan yang
memungkinkan ketertarikan terhadap arsitektur ini. Dalam Arsitektur
Biologis diupayakan dalam perancangan arsitektur memperhatikan aspek
lingkungan serta meningkatkan kualitas kehidupan.
Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan
arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam, seperti kayu, bambu,
rumbia, alang-alang dan ijuk. Perencanaan arsitektur biologis senantiasa
memperhatikan konstruksi yang sesuaidengan tempat bangunan itu berada.
Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya punditentukan oleh rangkaian bahan
bangunannya dan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dengan cara
membangunnya. Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis.
Perencanaan arsitektur biologis memperhatikan
konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu berada. Bentuk bangunan
ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang digunakan
ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung),berkotak
(konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan
rangka(kayu dan bambu).
Dalam konsep arsitektur biologis lebih di arahkan
untuk menjaga alam,perpaduan antara manusia dengan alam artinya setiap
bangunan yang akan di bangun tidak memiliki dampak negatif terhadap alam dan
dapat menciptakan suatu karya arsitektur yang ramah lingkungan,tahapan
arsitektur biologis dapat tercapai apabila :
1. Penggunaan material yang ramah lingkungan
2. Membuat solusi untuk mengatasi dampak
negatif yang akan terjadi pada lingkungan sekitar.
Inovasi dan terobosan baru pada arsitektur biologis
adalah tema “Green Arsitektur” yang ramah lingkungan dengan penghematan energi
serta pemanfaatan lingkungan sebagai patokan utama pada tema green arsitektur.
CONTOH :
Rumah Adat Rumah adat Mbaru Niang, NTT
Mbaru
Niang adalah rumah adat yang
berada di Pulau Flores Indonesia.
Rumah adat Mbaru Niang ini sangat unik berbentuk kerucut dan memiliki 5 lantai
dengan tinggi sekitar 15 meter. Rumah adat Mbaru niang ini sangat langka karena
hanya tinggal beberapa dan hanya terdapat di kampung adat Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan.
Mbaru Niang
berbentuk kerucut dengan atap yang hampir menyentuh tanah. Atap yang digunakan
rumah adat Mbaru Niang ini menggunakan daun lontar. Mirip rumah adat "honai" di Papua, Mbaru Niang adalah rumah dengan struktur
cukup tinggi, berbentuk kerucut yang keseluruhannya ditutup ijuk.
Mbaru Niang
memiliki 5 tingkat dan terbuat dari kayu worok dan bambu serta dibangun tanpa
paku. Tali rotan yang kuatlah yang mengikat konstruksi bangunan. Setiap mbaru
niang dihuni enam sampai delapan keluarga.
Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki ruangan
dengan fungsi yang berbeda beda yaitu:
- · tingkat pertama disebut lutur digunakan sebagai tempat tinggal dan berkumpul dengan keluarga
- · tingkat kedua berupa loteng atau disebut lobo berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang sehari-hari
- · tingkat ketiga disebut lentar untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti benih jagung, padi, dan kacang-kacangan
- · tingkat keempat disebut lempa rae disediakan untuk stok pangan apabila terjadi kekeringan,
- · tingkat kelima disebut hekang kode untuk tempat sesajian persembahan kepada leluhur
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar